Jumat, 08 Juni 2012

Alam Semesta


Bila angin
kehilangan desirnya
daun-daun kering
takkan mau
meluruhkan tubuhnya

Bila langit
kehilangan kebiruannya
burung-burung
takkan mau
mengepakkan sayapnya

Bila sungai
kehilangan kejernihannya
ikan-ikan
takkan mau
mengibaskan ekornya

Bila bulan
kehilangan sinarnya
malam-malam
akan gelap tanpa cahaya

Bila hutan
kehilangan pohon-pohon
hewan-hewan
kehilangan tempat tinggalnya

Bila bukit
kehilangan kehijauannya
sungai-sungai
akan kering selamanya

Bila petani
kehilangan sawah ladangnya
kanak-kanak
akan menitikkan air mata

Bila manusia
kehilang kemanusiaannya
alam semesta
akan tertimpa bencana
dan bertanya angin kering
"Perlukah memanusiakan manusia?".

Persahabatan yang Murah


Kau adalah manusia paling kejam
Manusia paling kejam yang pernah kutemui
Kau tak seperti yang aku pikirkan
Kau sungguh sungguh sangat kejam
Namun, Aku tak tahu mengapa kau berubah

            Memang, aku tak terlalu tahu apa yang terjadi
            Namun, yang pasti ini bukan hanya perasaanku saja
            Sama sekali tak mungkin
            Kau memang orang terjahat yang aku kenal

Aku sakit bukan karma ucapanmu maupun tingkahmu
Aku sakit ,,,
Karena hanya beginikah persahabatan kita?
BEgitu murahnyakah persahabatan kita
Setelah semua yang kita lakukan
Hanya seginikah persahabatan kita

            Aku slalu membela persahabatan kita
            Aku melakukan apapun tuk membela ini
            Semuanya aku perjuangkan
            Semuanya ku relakan pergi
            Hanya untuk ini saja

Namun, ternyata
Bagimu ini hanya persahabatan yang tak berarti
Bagimu ini hanya kerikil di jalanankah?
Apakah hanya ini saja persahabatan kita?
Setelah semua yang kita lakukan?



Kau adalah manusia paling kejam
Manusia paling kejam yang pernah kutemui
Kau tak seperti yang aku pikirkan
Kau sungguh sungguh sangat kejam
Namun, Aku tak tahu mengapa kau berubah

            Memang, aku tak terlalu tahu apa yang terjadi
            Namun, yang pasti ini bukan hanya perasaanku saja
            Sama sekali tak mungkin
            Kau memang orang terjahat yang aku kenal

Aku sakit bukan karma ucapanmu maupun tingkahmu
Aku sakit ,,,
Karena hanya beginikah persahabatan kita?
BEgitu murahnyakah persahabatan kita
Setelah semua yang kita lakukan
Hanya seginikah persahabatan kita

            Aku slalu membela persahabatan kita
            Aku melakukan apapun tuk membela ini
            Semuanya aku perjuangkan
            Semuanya ku relakan pergi
            Hanya untuk ini saja

Namun, ternyata
Bagimu ini hanya persahabatan yang tak berarti
Bagimu ini hanya kerikil di jalanankah?
Apakah hanya ini saja persahabatan kita?
Setelah semua yang kita lakukan?

Maafkanlah Diriku


Aku tak tahu mengapa ini bisa terjadi
Ini terjadi begitu cepat
Namun membekas dihatiku yang pling dalam bgitu lama
Hanya karna maslah sepele
Bencana besar melanda dihidupku

            Pertama, kau dan aku seakan bersahabat
            Tapi, kini apa yang terjadi?
            Aku jadi seperti musuhmu selamanya
            Aku tak ingin menjadi musuhmu selamanya
            Aku ingin menjadi temanmu seperti dahulu
            Tapi apa yang bisa aku lakukan?
            Apa yang hatus ku perbuat

Berbagai tingkah laku tlah kuusahakan
Hanya tuk merebut kembali hatimu
Aku sungguh ingin seperti dahulu
Tapi apa yang dapat aku lakukan?
Tak pernah sekalipun aku ingin jadi musuhmu

            Kini yang dapat kuucapkan hanyalah kata “ maaf ”
            Sebuah kata maaf yang tulus dari dalam hatiku
            Namun harapanku padanya sungguh besar
            Tinggal kata maaf, harapan terakhirku
            Maafkanlah diriku ……

generasi penerus bangsa


Tak terasa
66 tahun telah berlalu
Pada saat Bung karno dan Bung Hatta
Atas nama kita menyiarkan dengan seksama
Kemerdekaan kita di hadapan dunia, dan rakyat Indonesia

Pelaku pelaku sejarah
Sudah banyak yang tiada…
Yang gugur dalam sebuah perjuangan,
Yang gugur beralaskan mayat, debu, dan tanah,
Yang gugur diiringi desingan peluru dan darah lawan, teman, milik
Yang gugur dengan sebuah pengorbanan
Pengorbanan yang membuat kita masih hidup
Yang membuat kita hidup nyaman
Tanpa jajahan…

Tanpa mereka tahu
Bagaimana posisi mereka tersingkir
Dimata generasi nya
Pahlawan-pahlawan idola bangsa
Seperti Pangeran Diponegoro… Imam Bonjol…  dan Sisingamangraja
Sudah dikalahkan oleh Sin Chan… Baja Hitam... dan Kura-kura Ninja

Tanpa mereka ketahui
Siapa saja generasi penerusnya
Petinggi petinggi yang suka korupsi
Padahal sebelumnya meneriakkan reformasi
Tanpa merasa risi ataupun enggan
Penjabat penjabat yang tak kunjung merakyat
Justru dihujat dan dilaknat rakyat
Yang bukan melayani rakyat
Justru dilayani rakyat

keinginan memperkayakan hidupnya
Semakin bertambah besar pengaruhnya
Mengalahkan bendera merah putih dan lambang garuda
sudah semakin melecehkan kebersamaan

Banyak orang pandai sudah semakin linglung
Banyak orang bodoh sudah semakin bingung
Banyak orang kaya sudah semakin kekurangan
Banyak orang miskin sudah semakin kecurangan

 Jadilah Dirimu Sendiri

Baca selengkapnya »

 Cowok Terbaik


Papa,
Maafkan aku ya pa
Kalau gara gara melahirkanku
Mama pergi meninggalkan kita
 Maafkan aku ya pa
            Jika mama tak pernah melahirkanku
            Jika aku tak pernah melihat dunia ini
            Mungkin mama masih ada disini
            Bersama sama dengan papa
            Membina keluarga yang bahagia
Memang, aku sering iri kepada temanku
Mereka bisa merasakan kasih sayang mama
Bisa memeluk, bencanda tawa dan bergembira bersama sama
Dalam kesatuan keluarga yang lengkap
Tidak seperti aku
            Namun,
            Ini semuakan juga salahku
            Aku tak pantas menyalahkan siapapun
            Apalagi papa
            Justru harusnya akulah yang minta maaf
Tapi papa,
Terimakasih ya papa mau menjaga dan merawatku
Dari aku lahir sampai besar seperti sekarang
Meskipun gara gara aku mama pergi
Terimakasih papa masih mau merawatku
            Terimakasih pula papa mau menjadi mama sekaligus papa buatku
            Meskipun papa lelah bekerja, papa masih sempat bercanda denganku
            Tak pernah sekalipun papa memperlihatkan raut kesedihan papa
            Meskipun aku tahu papa pasti sangat lelah
            Tapi, papa mau masih mau bermain bersama aku
Bagiku papa adalah pahlawanku
Papa melibihi semua superhero yang ada di dunia ini
Papa tak ada tandingannya di dunia ini
Papa adalah cowok terbaik yang ada di dunia ini
Tak kan pernah ada yang menyamai papa

 


Untuk sahabatku
( If your life always happily, I be happy to, although my heart is cry )

Pertama kita bertemu hingga kini, telah melewati banyak hari …
Sering waktu berjalan, Ku ingin seiring itu pula belajar..
Mengenai arti persahabatan sesungguhnya…
Aku tahu…
Aku tak dapat selalu menghapus semua air mata yang kau teteskan
Karena ku tak tahu rasa apa yang kau rasakan
Saat ku mengetahuinya, Semua terlambat…
Aku tahu…
Aku tak dapat selalu disamping mu saat kau butuh tempat bersandar…
Aku justru musuh alami mu, Yang harus kau waspadai…
Maafkan aku jika selama ini ku tak dapat melindungimu
Seperti kau melindungiku…
Ku tak belajar untuk mengerti persahabatan…
Seperti kau yang selalu menjadi sahabatku…
Konflik yang kita alami , karena ku egois..
Maaf… Jika semua yang kulakukan tanpa memikirkanmu
Aku tahu…
Ku tak dapat pula selalu memberikanmu kasih…
Karena aku adalah semak berduri…
Dimana mana, tak da semak berduri, Yang dapat memberikan kelembutan
Aku hanya dapat memberikanmu luka, Luka yang sakit…
Jika kau menggemgamku, semakin erat…
Semakin kau terluka… Semakin kau sakit… Aku hanya dapat menyakitimu
Jika waktu boleh ku putar, Seharusnya aku tak mengenalmu
Supaya aku tak merasakan arti sahabat, Supaya aku tak menyakitimu saja
Karena aku hanya membuatmu terluka
Namun aku takut…
Sifat egoisku tak ingin membuatku kehilangan semua
Namun, jika itulah yang terbaik untukmu
Biarlah …
Hanya ini yang dapat ku berikan kepadamu
Bukanlah harta berharga
Hanya pengorbanan yang tulus dari hatiku
            Biarlah hidupku ini menderita, hanya sendiri, penuh tangis tanpa tawa
            Asalkan kau bahagia, penuh tawa, tanpa tangis
            Karena bersamaku… kepedihan yang kau dapat
            Hanya ini hadiah terakhir yang dapat kuberikan padamu, sahabatku
            Sahabat selamanya…

Cinta di Pendam Saja


Zherlina mempunyai seorang teman sepermainan yang dari dulu tinggal se apartemen dengan nya, sekaligus sebelah rumahnya. Namanya adalah Fhelic. Fhelic, sebenarnya dari dahulu menyukai Zherlina, tapi Zherlina sama sekali tak peka. Zherlina, dari kecil sangat ingin menjadi bintang sekolah. Ia sangat mengharapkan pujian. Guru guru menari menjadikan Zherlina sebagai anak emas atau asisten, karena Zherlina mudah belajar.
Guru guru tak tahu saja bagaimana perjuangan Zherlina supaya menjadi bintang sekolah. Dari dahulu, banyak yang mengutarakan cinta atau perasaan mereka pada Zherlina. Hal itu membuat Felic bingung, padahal beberapa keterampilan Felic yang mengajarkan. Zherlina dari dulu tak pernah suka, namun menjadi suka karena ada saingan. Sepertinya Zherlina setara tingkatannya dengan Fhelic. Persahabatan mereka berubah sejak SMP ini. Persahabatan dari kecil.
Hari ini hari valentine days. Di mana, semua anak perempuan menyatakan cinta. Seperti biasa, Zherlina dan Felic mendapatkan banyak cokelat. Cuma, kali ini, ada satu coklat Fhelic yang tak ada namanya. Tapi, tak terlalu mereka pikirkanMereka sering saingan siapa peraih cokelat terbanyak. Hari ini, ada pertarungan dance antara Zherlina dan Ayana, teman sekelasnya yang juga pintar menari. Namun, karena Vidya menghayati, ia lah yang menjadi pemenangnya. Pulang les, tak sengaja rahasia Zherlina bahwa ia tak mempunyai ayah terdengar oleh Ayana. Ayana sangat menyukai Felic. Ayana tentu saja kaget. Ini akan menjadi kartu truf untuknya, dalam mendapatkan Felic. Seminggu pun berlalu.
Sudah seminggu ini, Ayana tetap tak ngomong apa apa soal ayah Zherlina. Namun, hari ini, Fhelic tak dapat lagi bersama sama Zherlina, karena Ayana. “FheLic, kita kan seperti Rome and Juliet, napa’a kon  gak mau membalas cintaku?“ Seru Ayana. “aku tahu, kon dah tau perasaanku ‘mbek kon.Napa’a?” “Sorry ya, sudah ana sing ku sukai. Gek iku ‘duk kon. Maaf yo” Jawab Fhelic. “Zherlina kan? Kenapa ? kenapa kon mau pacaran ‘mbek anak haram iku? Zherlina kan gak ‘duwe papi. Kon kok mau maune!“ “kon dah ngasih taw berita ini ke orang orang?” “sek belum.” “lek gitu, ‘jok nyeritakne brita ni ke orang orang. Ku ingin, semua impian Zherlina menjadi kenyataan“ “Boleh”, jawab Ayana. “ku gak bakal ngatain ke sapapun, tapi ana syarat’e. kon harus mau jadi pacarku.” “ kon tak beri waktu satu minggu. Kon gak usah buru buru.”
“Darling! Aku sudah kangen sama kamu?” seru Ayana tiba tiba. “Darling?” seisi kelas memandangi mereka. “ memang Ayana sudah pacaran sama Fhelic?” “yoi. Kamu kamu pada mang tak tahu perkembangan. Mulai sekarang, aku sama Fhelic sudah pacaran.” “Pacaran? Fhelic gak ngomong apapun ke aku. Apa ku tak berati bagi de’e. Padahal ku selalu cerita semua ma de’e. Tapi kenpa de’e gak cerita ma aku?” seru hati Zherlina.
“Zherlina! Napa’a?” seru Fhelic seraya membalik badan Zherlina . terlihat Zherlina  menangis. “Fhelic! Kenapa kon gak cerita ‘mbek aku. Pa kon piker ku gak kaget. Sekarang kon kok berubah? Kon..” “bukan tu, sebenarnya…” seru Fhelic tiba tiba. Tapi, Fhelic tak melanjutkan jawabannya. “napa’a? pa alasan yang benar?” “gak. Gak da pa pa.” “Ku gak boleh ngasih taw Zherlina, alasan ku pacaran ma Ayana. Ku hanya ingin membahagiakan Zherlina. Biarlah ku sakit.
Bel telah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar, kecuali Ayana dan Fhelic. Mereka hendak kencan. “Fhelic, aku bingung. Pilihin ya!” seru Ayana, namun Felic tetap diam. “kenapa sich? Padahal kita kencan pakai baju seragam. Kan momen bagus” “soal itu, kamu pasti yang lebih tahu!” “semua yang kamu lakukan Cuma demi Zherlina kan? kenapa? gadis tidak punya ayah juga. Dia…”seru Ayana yang dipotong oleh Fhelic. “kalau kamu cerita, semua orang tahu, kita tak bakal pacaran. Pokoknya jangan sampe dia tahu.” Peringatan Fhelic. “Selalu saja Zherlina. Lihaten saja, nanti akan ku rebut kamu. Asal kamu ada di sisiku. Lihat saja.”
Begitulah. Akhirnya,Fhelic terpakasa pacaran demi Zherlina. Hari ini, ada peristiwa yang mengejutkan Zherlina. Sewaktu Zherlina belajar dance di rumah Hitto, idolanya, Zherlina mendengar bahwa kelas nya akan dibubarkan. Tentu saja ini membuat Zherlina sedih. Di saat seperti ini, Zherlina biasanya mengandalkan Fhelic, namun, karena Zherlina tak ingin mengganggu Fhelic, maka Zherlina hanya dapat ngomong ke Demma, sahabatnya. Sebenarnya Dema sangat menyukai Fhelic. Zherlina pun tahu. Zherlina hanya menganggap Fhelic sebagai teman sepermainan.
Akhirnya, Zherlina  di sarankan untuk menanyakan langsung kepada pelatihnya. “’kamu kenapa tumben sekali curhat sama aku? Biasanya juga sama Fhelic. Buktinya juga kalau kamu ngomong Cuma sama dia saja akrab pakai bahasa Surabaya” “oh, aku hanya tak ingin mengganggu Fhelic sama Ayana, lagipula aku akrab sama Fhelic karena dia temenku dari kecil.”
“kamu memang shock?” Tanya Ayana. “Ya, gimana ku tidak shock, dari dahulu tak ada rahasia. Kenapa hal sepenting ini tak dia beritahukan padaku. Hanya diam” jawab Zherlina. “betul, hanya diam tanpa berkata sepatah apapun.” Kata Zherlina dalam hati. “kenapa tak bertingkah seperti biasanya saja?” Tanya Ayana. “kamu tidak apa apa? Bukankah kamu suka sama Fhelic?” “tapi dengan Fhelic, Zherlina kan sudah seperti keluarga. Kalau keluarga seharusnya mau saling mengandalkan, atau selalu bersama, itu suatu hal yang wajar kan?”
“terimakasih ya Demma. Ah ya, Demm, kalau mau curhat, curat saja sama aku.” “iya” “kalau begitu aku pulang dahulu ya, terimakasih.” Zherlina pun pulang. “temanmu sudah pulang Demma?” “Ya ma.” Demma pun masuk kedalam kamar setelah mengantar Zherlina  pulang, dan mengambil notebook yang ada di dalam lacinya. Di dalalmnya ternyata ada foto Fhelic. “Coklat yang waktu itu. Seharusnya ku tuliskan namaku” kata Demma di dalam hati.
Rembulan dan bintang telah berganti dengan surya. Sekarang saatnya berangkat sekolah. “selamat pagi Lic!” seru Zherlina.  “Eh… Pagi” jawab Fhelic dengan terbata. Tampaknya Fhelic juga bingung dalam bersikap biasa pada Zherlina. “Huh, nyata’a susah juga. Tapi ku juga harus berusaha” Keluh Zherlina dalam hati. Zherlina pun pergi ke tempat les. Setelah berdiskusi, ternyata Zherlina salah sangka. Bukan mau ditutup, hanya berganti nama.” “ Oh, syukurlah!”  Begitu mengetahuinya, Zherlina pun langsung mengirim pesan pada Hitto. Pasti Zherlina sangat senang.
Hari ini, ulang tahun Fhelic. Di rumah Fhelic, Fhelic edang latihan dance dan menyanyi. Sudah menjadi tradisi keluarga Fhelic dan Zherlina, setiap hari ulang tahun, ada lomba atau persaingan menyanyi dan menari antara Fhelic dan Zherlina. “Ayana mau ‘,kut juga?” saru Zherlina tiba tiba. “gak gitu. Gini loh..” “gak ‘papa. Ku juga ngajak Demma.’nti ‘lek seru. Lagipula kon iku kan pacar’e Ayana.”
“Zherlina bisa pergi berdua dulu ma Fhelic? Tante mau siap siap dahulu.” “Tdak apa apa kok tan” “tolong cari tempat yang bagus” pinta tante. “nie kesempatan buatmu berdua’an.” Bisik tante Cayde, pada Fhelic anaknya. Mereka berduapun pergi ke tempat bunga bunga. “Lic, mumpung nggak ‘da orang, yoh dance.” “Boleh, tapi ‘jok nangis o yo lek kalah” “ngenyek. Ku loh pa pernah kalau. Kon ‘ku sing kalah.” Mereka berdua pun dance. Waw, pasangan yang mesra.
“aku ni lemah sekali. Melihat wajah Zherlina yang tersenyum seperti itu. Aku menari dan menyanyi supaya selalu bisa melihat wajahnya yang tertawa, aku sudah memutuskannya, apapun ku lakukan supaya kamu tertawa.“Oi” seru bibi Cayde. “Bibi, sini.” Akhirnya dapat tempat yang bagus. Susah sekali di musim ini dapat tempat yang bagus. “aku paling suka musim ini. Membuat orang berdebar debar.apakah akan ‘da yang terjadi?” seru Zherlina dalam hati.
Hari ini, sepulang sekolah Fhelic ketemu dengan Mori.  Tampaknya Mori tak menyetujui hubungan Fhelic dengan Ayana. Sehingga, tak sengaja Fhelic dipukul dan keseleo kakinya, sehingga tak bisa mengikuti basket. “Maaf ya Lic, ayahku mengganggu. Apa dia tidak tahu Rome dan Juli ya!” “Diam” “Fhelic?” “maaf Ayana, kamu pergi saja dahulu.” “maaf ya Lic, ayahku menyusahkanmu. Meskipun berat, kita putus saja dahulu.” “tapi rahasia Zherlina?” “Tenang, demi kamu kan kusimpan ini rapat rapat” Ayana pun pergi. Tentu saja Fhelic sangat bahagia.
Malam ini, Zherlina memutuskan untuk menyampaikan perasaan Demma pada Fhelic. Namun, Fhelic menyangkal. “yang ku sukai tu ko…” KRING !!! telepon dari bibi Cayde yang berbunyi memutuskan pembicaraan Zherlina dengan Fhelic.

Karena Cinta

Suatu hari di Istana Kingdom hidup seorang Ratu Peri, dan kedua putrinya, yaitu Peri Merah, dan Peri Hijau

Pengenalan tokoh :
Elsa Vindya Dema Sari         sebagai                Bunda Peri
Gabrielle Tania Linkherz    sebagai                Peri Merah
Nofika Agung Maharani     sebagai                Peri Hijau

(Di taman istana Kingdom)
(Lagu Acha Septiansa-cinta bertahan)

Peri Merah, Peri Hijau, dan Bunda Peri main di taman

Peri Hijau              : Bunda, ini bunga untukmu
                                    (sambil memberikan bunga kepada bunda Peri)
Bunda Peri            : Oh, terima kasih sayang.
                                    Harum sekali bunganya
                                   (menerima dan membau bunganya)
Peri Merah           : (Kesal karena di dahului dan membuang bunganya)

(Peri Merah dan Peri Hijau hendak pergi)
(Beberapa saat kemudian)

Bunda Peri          : Bunda punya permen, Mau?
                                  (Sambil menawarkan permen)
 Peri Merah        : Mau …
                                  (Sambil menghampiri)
Peri Hijau            : ah, aku mau … aku mau …
                                  (Sambil mengambil)
Bunda Peri          : iya, ini untukmu
                                  (sambil memberikan kepada peri hijau dengan tersenyum)
Peri Merah         : Bunda, kenapa selalu Peri Hijau, kenapa bukan Peri Merah?
                                  Peri Merah juga mau bunda…
                                  (Berkata kepada Bunda Peri dengan kecewa)
Bunda Peri          : Kamu kan lebih besar dari pada peri Hijau
                                  Peri Hijau kan masih kecil
                                  Gak papa ya sayang …
Peri Merah         : Tidak
  (Pergi meninggalkan taman)

(Bunda dan Peri Hijau juga pergi)

14 tahun kemudian di Istana Kingdom

(Peri Merah, Peri Hijau dan Bunda Peri berjalan ke singgasana Bunda Peri)

Peri Merah dan peri Hijau: Jaya Istana Kingdom, Hidup Bunda Peri
                                                     Jaya Istana Kingdom, Hidup Bunda Peri
                                                     Jaya Istana Kingdom, Hidup Bunda Peri
Bunda Peri          : (menepuk nepuk pundak Peri Hijau dan terus memandanginya)
Peri Hijau            :(Senang)
Peri merah         : (mulai kesal)
                                  (meninggal kan ruangan)

Bunda Peri dan Peri Hijau pun meninggalkan ruangan
(Di Kamar Peri Merah)

Peri Merah         : Kenapa selalu Peri Hijau
                                  Kenapa bukan Peri Merah
                                  Dari dahulu selalu saja begitu
                                  Padahal, Peri Merah selalu butuh kasih sayang
                                  Peri Merah ingin di anggap anak kecil
                                  Yang selalu di sayang bunda
                                  Tapi mengapa?
                                  Mengapa Bunda?
                                  Apakah ada yang kurang dari Peri merah?
                                  Apakah karena Peri Merah lebih tua?
                                  Kalau begitu, tak dapatkah di ubah?
                                  Peri Merah ingin mendapatkan kembali
                                   Semua kasih sayang bunda untuk Peri Merah
                                   Mengapa?
                                  (nada sedih)

(Lagu Habis)
(Peri Merah keluar dari kamar)

Di teras istana
Di Teras istana, pada saat Bunda Peri berjalan bersama Peri Hijau, tiba tiba peri Merah datang dengan marah

Peri Merah         : Bunda selalu pilih kasih kepadamu
                                  (datang sambil menarik bahu Peri Hijau)
Peri Hijau            : Hei Peri Merah, kau kenapa?
                                  (membalas pertanyaan Peri Merah)
Peri Merah         : Halah, tak usah belaga tak tahu
                                  Semua orang di Istana ini tahu,
  kalau Bunda selalu lebih menyayangimu dibanding diriku
Peri Hijau            : Bukankah Bunda selalu adil dan bijaksana dalam memimpin istana ini?
                                  (mencoba menenangkan)
Peri Merah         : Adil? Bunda lebih menyayangi mu dari pada diriku
Peri Hijau            : Tidak! Bukankah kita selalu mendapat kasih sayang yang sama dari Bunda?
Peri Merah         : Tidak! Ia selalu membela mu, bukan diriku !
                                  (kesal, membenarkan diri)
Bunda Peri          : Hentikan Peri Merah!
                                  Kenapa kau begini?
                                  (memotong pembicaraan antara Peri Merah dan Peri Hijau)
Peri Merah         : Lihat?
                                  Ia lebih membela mu di banding diriku!
                                  (Peri Merah menunjukkan pada Peri Hijau, bahwa Bunda Peri pilih kasih)
                                  (melihat Bunda Peri)
                                  Aku tak sudi lagi mengabdi kepadamu
                                  Aku akan membangun kerajaanku sendiri!
                                  (Hendak pergi)
Peri Hijau            : Pengkhianat, kau Peri Merah!
                                  (berkata dengan nada kesal pada Peri Merah)
Peri Merah         : Persetan dengan kata kata mu!
                                  (tidak menghiraukan Peri Hijau)
Peri Hijau            : Tunggu Peri Merah!
                                  (hendak menghentikan Peri Merah)
Bunda Peri          : Sudahlah Peri Hijau, biarkan saja dia!
                                  Dia memang keras!
Peri Merah         : (mendengar, begitu Bunda berkata itu, ia bertambah kesal dan meninggalkan kerajaan)
Malam hari di kamar Bunda Peri
(Peri Merah mengintip)
Bunda Peri          : Huahm, ngantuk …
                                  (melepas mahkota dan meletakkannya di samping nya)
Peri Merah         : (Datang mengendap endap berusaha mencuri)
                                  (karena tak mampu, ia memakai jurusnya dan berhasil)

Paginya di kamar Bunda Peri

Bunda Peri          : Huahm …
                                  (menguap dan hendak memakai mahkota di samping)
                                  Lho ???
                                  (bernada kaget)
                                  Mahkota ku hilang!
                                  Peri Hijau, Peri Hijau, Peri Hijau!
Peri Hijau            : Ada apa Bunda Peri?
                                  (datang sambil berlutut)
Bunda Peri          : Mahkota istana hilang!
                                  Entah kemana?
                                  (bingung)
Peri Hijau            : Bunda apa ini?
                                  (mengangkat bulu Peri Merah yang tertinggal di lantai)
                                  Bunda, jangan jangan peri Merah yang mengambil
Bunda Peri          : Benar, Peri Hijau!
Peri Hijau            : Lantas, apa yang harus aku laksanakan untuk engkau?
Bunda Peri          : Cepat, rebut kembali mahkota itu!
Peri Hijau            : Baik, saya akan melaksanakan perintah Bunda
                                  (Meninggalkan ruangan)

Di Queendom, istana Peri Merah
Peri Merah         : hahahahaha …
                                  Dengan mahkota ini, aku akan menjadi orang terkuat di negeri ini
                                  Dan aku akan menjadikan istana yang aku bangun ini menjadi istana yang besar!
                                  Bahkan melebihi Istana Kingdom!
                                  (berkata dengan kesombongan)
Peri Merah         : Upps, aku lupa dengan tongkatnya!
                                  Tapi biarlah… mereka sendiri yang akan mengantarnya
                                  Ehm, tapi, untuk jaga jaga aku akan ke hutan untuk memeriksa

Di hutan, Peri Hijau masih berjuang mencapai Istana si Peri Merah

Peri Merah         : (mengikuti)
Peri Hijau            : (mendengar langkah, menengok, namun Peri Merah sudah memakai sihirnya)

(Peri Merah memegang pundak Peri Hijau, namun Peri hijau mengetahuinya dan spontan mereka mengeluarkan jurusnya. Peri Hijau terjatuh)

Peri Merah         : Berani sekali kau memasuki wilayahku?
Peri Hijau            : hay Peri Merah, kau tak usah berpura pura lagi.
                                  Bahwa kau kan yang telah mencuri mahkota Bunda Peri
                                  (sambil menunjuk ke Peri Merah)
Peri Merah         : Hahahaha…
                                  Lantas, apa maumu?
Peri Hijau            : Kembalikan mahkota itu!
Peri Merah         : Langkahi dulu mayatku!
                                  (dengan percaya diri)
(Akhirnya Peri Merah dan Peri Hijau bertarung, di iringi lagu Bunga-Sunny)
(Dimenangkan oleh Peri Merah)

Peri Merah         : hahahaha …
                                  Aku bingung. Mengapa Bunda Peri lebih menyukai mu dibanding diriku!
                                  Padahal kau begitu lemah! Kau tak ada apa apanya di banding diriku
                                  Aku tak sudi bertarung dengan Peri lemah seperti mu!
                                  (meninggalkan Peri Hijau)
Peri Hijau            : Tunggu Peri Merah, kau jangan pergi!
                                  (sambil mengejar Peri Merah, namun, tetap saja Peri Merah lolos)
Bunda Peri          : Peri Hijau, Peri Hijau, Peri Hijau…
                                  (sambil memegang bola Kristal)
Peri Hijau            : Sepertinya bunda Peri memanggilku
                                  (memegang telinga)
                                  Ada apa Bunda memanggil Peri Hijau?
Bunda Peri          : Bagaimana Peri Hijau? Kau berhasil mengambil mahkota itu?
Peri Hijau            : maafkan aku bunda Peri, aku gagal mengambilnya.
                                  Karena, kekuatan ku kurang untuk melawan Peri Merah
Bunda Peri          : Oh, begitu … Kalau begitu, aku akan memberikanmu tongkat ini !
                                  Tangkap Peri Hijau !
                                  (sambil melemparkan tongkat)
Peri Hijau            : (menangkap tongkat)
                                  Baik bunda
Bunda Peri          : Tapi ingat, tongkat ini hanya dapat digunakan 3 kali. Setelah itu, kesaktiannya hilang!
                                  Karena, tak ada mahkota nya
Peri Hijau            : Baik Bunda. Aku akan menggunakan se minimal mungkin!
Bunda Peri          : Bagus, Peri Hijau!

(Di Istana Queendom)
Sementara itu, di dalam istana Queendom
Peri Merah         : hahahaha…
                                  Semua berjalan sesuai dengan rencanaku! Aku memang pintar, memakai kasih sayang Bunda pada peri Hijau
                                  Bunda Peri pasti tak kan rela peri Hijau terluka, bahkan ia akan memberikan semuanya. Termasuk tongkatnya …
                                  Kini aku hanya tinggal merebutnya dari tangan peri Hijau yang lemah itu !
                                  (dengan penuh kesombongan)
Peri Merah         : Tunggu ! Tapi, meski peri Hijau lemah, jika ia menggunakan tongkat nya, aku tak bisa apa apa.
                                  Dan dia sangat waspada …
                                  (Berfikir)
                                   Aha !!!
                                   (menemukan ide)
                                  Aku akan menyamar jadi wanita tua …  Karena, meski waspada, peri Hijau memiliki belas kasih …

(Di Hutan, Lagu Fall in Love)
Peri Hijau masih meneruskan perjalanannya. Kini, ia sudah tiba di Hutan

peri Hijau                            : (mengeluh karena sudah tidak kuat)

(Lagu Habis, peri Hijau hendak tertidur)
Peri Merah(nenek)         : Aduh, sakit …
                                                   (menjatuhkan kayu kayunya)
peri Hijau                            : Ada apa nek ?
Peri Merah (nenek)        : Aduh, cu … sakit … sakit sekali ..
peri Hijau                            : Apa yang dapat saya bantu nek?
Peri Merah (nenek)        : bisakah cucu membawakan kayu kayu ini kerumah nenek yang ada di sana?
                                                  Nenek sudah tak kuat
                                                  (nada memelas)
peri Hijau                            : Baik nek …
                                                  (segera ke tempat kayu kayu dan membereskannya)
Peri Merah (nenek)        : (mencari tongkat dan menemukan)
                                                  Itu dia
peri Hijau                            : Lho, ini pita Peri Merah, jangan jangan …
                                                  (menemukan pita Peri Merah yang terselip antara kayu bakar)
                                                  (segera lompat dan mengambil tongkat, Peri Merah gagal)
                                                : Ternyata kau Peri Merah!
Peri Merah                         : Baru Tahu kau …
                                                  (membuka samarannya)
                                                  Serahkan tongkat itu!
peri Hijau                            : Tak akan !
                                                  (memakai tongkat)
                                                  (Peri Merah kalah)
Peri Merah                         : Tunggu pembalasanku!
                                                  (Lari kabur)
peri Hijau                            : Tunggu Peri Merah!
                                                  Ah, dia kabur… Dasar pengecut!

(Di Istana Queendom)
Peri Merah tentu kesal, karena ia gagal merebutnya
Peri Merah         : Sial !
                                  Aku gagal merebutnya!
                                  Bagaimana ini?
                                  (marah marah sendiri)
                                  Sabar … Tenang Peri Merah !
                                  (menenangkan dirinya)
                                  Mereka pasti akan datang ke sini guna mengambil mahkota ini!

Apa yang di perkirakan Peri Merah memang benar, karena tak lama kemudian Peri Hijau sampai di depan istana Queendom setelah mengalahkan beberapa prajurit peri Istana Queendom

peri Hijau            : Peri Merah !
                                  Peri Merah !
                                  Keluar kamu!
                                  (berteriak)
Peri Merah         : Akhirnya kau datang juga
                                  (menemui peri Hijau)
peri Hijau            : Tentu, karena aku akan mengambil mahkota itu darimu!
Peri Merah         : mimpi saja kamu!

(Peri Merah dan Peri Hijau bertarung. Hingga, akhirnya Peri Hijau hendak memakai tongkat sakti. Peri Merah segera mengambil mahkota, guna mengimbangi)
Peri Merah         : Hei Peri Hijau, terima ini!
                                  (memakai mahkota emas)
peri Hijau            : (memakai tongkat)

(Semua jatuh dan terluka. Tongkat dan mahkota saktinya pun sama sama terlempar. Namun, luka Peri Hijau lebih Parah. Bunda Peri datang)
Di tengah pertarungan, Bunda Peri datang

Bunda Peri          : Peri Hijau, kau terluka!
                                  (mendekati Peri Hijau!)
peri Hijau            : Tak usah pedulikan aku Bunda Peri
                                  Lekas ambil tongkat itu
                                  (menunjuk tongkat yang terlempar di dekat kaki Bunda Peri)
Bunda Peri          : Baik
                                  (hendak mengambil)
Peri Merah         : (Bersamaan dengan itu)
                                  Bunda Peri, terimalah pembalasanku!
                                  (namun, Peri Hijau menghalangi dan mengorbankan dirinya. Yang terluka Peri Hijau)
                                  (kaget, segera berusaha ke peri Hijau)
---
Peri Merah         : peri Hijau, kau kenapa?
                                  Maaf …
                                  Maafkan Peri Merah …
peri Hijau            : Iya, aku maafkan
Peri Merah         : Peri Hijau …
                                  Adik , maafkan kakakmu ini …
                                  Kakak tak sengaja …
                                  Kenapa kamu mau mengorbankan dirimu untuk Bunda Peri?
peri Hijau            : Karana cinta
                                  (Setelah itu meninggal, disertai Bunda Peri yang sedih)
---
Bunda Peri          : Peri Merah, ini karenamu
                                  (menuding Peri Merah)
Peri Merah         : Ah … maaf …
                                  (Tak mampu berkata kata, mulai menyalahkan diri)
Bunda Peri          : (menyalahkan Peri Merah)
Peri Merah         : (bunuh diri)

(Lagu Perpisahan Kita)

Bunda Peri          : (Datang ke Peri Merah)
                                  Peri Merah …
                                  Kau tak perlu melakukan ini
Peri Merah         : Bunda Peri, maafkan Peri Merah …
                                  Peri Merah iri pada peri Hijau …
                                  (mulai menyadari)
                                  (Meninggal)
Bunda Peri          : TIDAK!!!
                                  (Setelah itu, mulai bangkit. Mengambil mahkota dan tongkat sakti itu)

(Lagu Habis)
Akhirnya, Bunda Peri memakai tongkat dan mahkota itu untuk membangun kerajaan Kingdom, hingga Berjaya selamanya

Bunda Peri          : Kan kuingat selalu tragedi ini …
                                  Kan kusimpan dalam hati

(Tiba tiba pita jatuh, Bunda Peri menangkapnya. Ternyata milik Peri Hijau)
Bunda Peri          : Peri Hijau 
                                  Ternyata kau mendengar semuanya …
                                  (menaruhnya di dada)
                                  (menemukan kertas)
                                  Ah, ada Kertas…
                                  (terkejut)
                                  (menunjukkan kertas dan membaca)