Chrysantynum
Namaku
Chrysantynum, nama sekuntum bunga yang sangat cantk nan elok, namun,
tak seperti diriku ini. Aku terlahir layaknya manusia lainnya, yang
mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Meskipun aku tak dapat melihat,
aku dapat mendengar suara dan nada dengan baik, aku juga mempunyai
kemampuan menyanyi, bahkan bisa dibilang, suara ku yang paling
kubanggakan. Namun, orang tuaku selalu menyalahkan diri mereka sendiri,
atas apa yang terjadi kepadaku. Namun, aku tak pernah merasa demikian.
Malah lebih baik aku tak bisa melihat sejak lahir, daripada aku bisa
melihat, namun suatu ketika hal itu diambil dari padaku .
Aku
telah berusaha menyadarkan mereka, supaya mereka tak terlalu
menyalahkan diri mereka sendiri. Sampai suatu hari, saat aku
mendendangkan sebuah lagu, yang diiringi oleh dentingan piano indah
teman sekelasku, ku meresakan suara itu sangat indah. Bagaikan air
jernih yang mengalir diantara batu batuan, sungguh tak terbayangkan
indahnya. Wahai, siapakah anda pemilik tangan tangan dewa yang dapat
membunyikan piano seindah itu, pikirku. Saat pulang, ia menyapaku.
Suaranya
cukup indah. Dengan lemah lembut ia bertanya padaku, “ Bukankah kamu
orang yang mempunyai suara semerdu kicauan burung ?”. “ Iya, jawabku.
Anda siapa ?” “ Oh, maaf, aku belum memperkenalkan diri. Namaku
Andreass, yang tadi bermain piano. Nama kamu siapa ?” Suaranya
menggetarkan hati dan jiwaku. Ternyata ia ramah. Upps,,, untung aku
sudah terbangun dari lamunanku. “ Namaku Chrysantynum.” “ Wah,
Chrysantynum ya, nama yang inda seindah orangnya. Ups, waktunya habis,
maafya, aku pulang duluan. Dah “.
Sejak
pertemuan itu, semakin lama aku dekat padanya. Semakin lama itu pula
muncul rasa aneh didalam diriku tentangnya. Semakin itu pula, rinduku
tuk melihat wajahnya tak tertahankan. Semula, yang aku merasa sedih saat
orang tuaku selalu menyalahkan diri mereka sendiri, atas apa yang
terjadi kepadaku.
Namun,
kini semua berubah. Aku justru tambah menyalahkan diri mereka, atas apa
yang terjadi kepadaku. Aku merasa puas, tak tertahankan. Biar tau
mereka deritaku . Namun, saat aku merenung, ku memikirkan ku yang telah
berubah karenanya. Ku tlah menjadi bukan diriku lagi, karena kamu,
Andreass .
Aku
Chrysantynum, dan akan selamanya menjadi Chrysantynum, pikirku.
Seandainya, aku tak pernah bertemu dengan orang yang bernama Andreass,
aku tak kan begini. Dya yang membuatku merasakan cinta, dan dia pula
yang membuatku berubah menjadi orang yang paling kubenci. Oh, waktu,
jika engkau dapat kuputar, jangan ijinkanlah aku bertemu denganya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda