Jumat, 08 Juni 2012

Chrysantynum

Namaku Chrysantynum, nama sekuntum bunga yang sangat cantk nan elok, namun, tak seperti diriku ini. Aku terlahir layaknya manusia lainnya, yang mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Meskipun aku tak dapat melihat, aku dapat mendengar suara dan nada dengan baik, aku juga mempunyai kemampuan menyanyi, bahkan bisa dibilang, suara ku yang paling kubanggakan. Namun, orang tuaku selalu menyalahkan diri mereka sendiri, atas apa yang terjadi kepadaku. Namun, aku tak pernah merasa demikian. Malah lebih baik aku tak bisa melihat sejak lahir, daripada aku bisa melihat, namun suatu ketika hal itu diambil dari padaku . 
 
Aku telah berusaha menyadarkan mereka, supaya mereka tak terlalu menyalahkan diri mereka sendiri. Sampai suatu hari, saat aku mendendangkan sebuah lagu, yang diiringi oleh dentingan piano indah teman sekelasku, ku meresakan suara itu sangat indah. Bagaikan air jernih yang mengalir diantara batu batuan, sungguh tak terbayangkan indahnya. Wahai, siapakah anda pemilik tangan tangan dewa yang dapat membunyikan piano seindah itu, pikirku. Saat pulang, ia menyapaku. 
 
Suaranya cukup indah. Dengan lemah lembut ia bertanya padaku, “ Bukankah kamu orang yang mempunyai suara semerdu kicauan burung ?”. “ Iya, jawabku. Anda siapa ?” “ Oh, maaf, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Andreass, yang tadi bermain piano. Nama kamu siapa ?” Suaranya menggetarkan hati dan jiwaku. Ternyata ia ramah. Upps,,, untung aku sudah terbangun dari lamunanku. “ Namaku Chrysantynum.” “ Wah, Chrysantynum ya, nama yang inda seindah orangnya. Ups, waktunya habis, maafya, aku pulang duluan. Dah “. 
 
Sejak pertemuan itu, semakin lama aku dekat padanya. Semakin lama itu pula muncul rasa aneh didalam diriku tentangnya. Semakin itu pula, rinduku tuk melihat wajahnya tak tertahankan. Semula, yang aku merasa sedih saat orang tuaku selalu menyalahkan diri mereka sendiri, atas apa yang terjadi kepadaku. 
Namun, kini semua berubah. Aku justru tambah menyalahkan diri mereka, atas apa yang terjadi kepadaku. Aku merasa puas, tak tertahankan. Biar tau mereka deritaku . Namun, saat aku merenung, ku memikirkan ku yang telah berubah karenanya. Ku tlah menjadi bukan diriku lagi, karena kamu, Andreass . 
 
Aku Chrysantynum, dan akan selamanya menjadi Chrysantynum, pikirku. Seandainya, aku tak pernah bertemu dengan orang yang bernama Andreass, aku tak kan begini. Dya yang membuatku merasakan cinta, dan dia pula yang membuatku berubah menjadi orang yang paling kubenci. Oh, waktu, jika engkau dapat kuputar, jangan ijinkanlah aku bertemu denganya.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda